Puisi









Add caption





GALAU

Di pojok meja itu
Terlihat segi empat berkaca
Menyimpan sejuta misteri
Namun pernah menyibak misteri
Waktu tidak bisa berbalik arah
Sekejap hilang terpana pesona
Sekilas terlihat robekan kertas itu
Sulit……
Mencari bagian robekan untuk mengisi kekosongan

Amiee43, 2012










LAKNATNYA MALAM
Menara api yang selalu diangkat tidak terasa menghabiskan raganya
Ular hitam berkepala dua menutupi gendrang panca indra
Otak seratus pembagian sang ilmuan tidak kebagian
Akhirnya…tidak ada sama sekali wacana tertuang
Kembali memakai mahkota kaki berkarat
Berbekal cahaya malaikat
Bermandikan embun sisa hujan tadi
Menghitung jengkal pijakan
Astagfirulloh…
Lihatlah mereka yang terperdaya kancing baju berwarna kuning
Menjadi sekumpulan robot tidak berdaya
Hebat benar kawan….tapi juga kasihan kawan…


Amiee43, 2012






HUJAN?

Bola mata yang mulai memerah
Dihantam banyaknya cahaya
Paru-paru yang mulai sesak dicekik nikotin
Hayalan yang mulai buyar
Kata hati yang selalu meronta…melampaui batas piker

Kembali ular hitam peliharaan melilit
Desisnya sampai menembus indra pendengaran
Jari yang mulai merengkuh bola tinta
Ah…sama sekali tidak berjalan
Mentok…mentok…
Inspirasi termakan rayap bertanduk merah

Lagi, tercongkel pelatuk penyala api
Terbakar, Si Tuhan Sembilan Senti
Terhisap, dan tidak singgah di paru-paru asapnya

Di luar sana anugrah dari Tuhan
Recehan jatuh membekasi isi bumi
Tidak terhitung jumlahnya
Besok recehan itu jadi sumber kehidupan mahluk bumi

Amiee43, 2012

0 komentar:

Copyright © 2012 Makalah Luarbiasa (Lubis).