Manajemen Pendidikan
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. LATAR
BELAKANG MASALAH
Manajemen
sekolah merupakan faktor yang terpenting dalam menyelenggarakan pendidikan dan
pengajaran di sekolah yang keberhasilannya diukur oleh prestasi tamatan (out
put), oleh karena itu dalam menjalankan kepemimpinan, harus berpikir “sistem”
artinya dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah komponen-komponen terkait
seperti: guru-guru, staff TU, Orang tua siswa/Masyarakat, Pemerintah, anak
didik, dan lain-lain harus berfungsi optimal yang dipengaruhi oleh kebijakan
dan kinerja pimpinan.
Tantangan
lembaga pendidikan (sekolah) adalah mengejar ketinggalan artinya kompetisi
dalam meraih prestasi terlebih dalam menghadapi persaingan global, terutama
dari Sekolah Menengah Kejuruan dimana tamatan telah memperoleh bekal
pengetahuan, sikap dan keterampilan sebagai tenaga professional tingkat
menengah hal ini sesuai dengan tuntunan Kurikulum SMK 2004.
Tantangan
ini akan dapat teratasi bila pengaruh kepemimpinen sekolah terkonsentrasi pada
pencapaian sasaran dimaksud. Pengaruh kepemimpinan Kepala Sekolah disamping mengejar
ketinggalan untuk mengatasi tantangan tersebut di atas, hal-hal lain perlu
diperhatikan: Ciptakan keterbukaan dalam proses penyelenggaraan pendidikan dan
pengajaran. Ciptakan iklim kerja yang menyenangkan Berikan pengakuan dan
penghargaan bagi personil yang berprestasi Tunjukan keteladanan Terapkan
fungsi-fungsi manajemen dalam proses penyelenggaraan pendidikan, seperti:
Perencanaan Pengorganisasian Penentuan staff atas dasar kemampuan, kesanggupan
dan kemauan berikan bimbingan dan pembinaan kearah yang menuju kepada
pencapaian tujuan Adalah kontrol terhadap semua kegiatan penyimpangan sekecil
apapun dapat ditemukan sehingga cepat teratasi Adakan penilaian terhadap semua
program untuk mengukurkeberhasilan serta menemukan cara untuk mengatasi kegagalan.
I.2. RUMUSAN
MASALAH
- Bagaimana manajemen pendidikan
sekolah ?
- Apa makna manajemen pendidikan
sekolah ?
- Apa
saja ruang lingkup manajemen pendidikan sekolah ?
I.3. TUJUAN
DAN MANFAAT
- Untuk mengetahui bagaimana
manajemen pendidikan sekolah.
- Untuk mengetahui makna
manajemen pendidikan sekolah.
- Untuk
mengetahui ruang lingkup manajemen pendidikan sekolah.
BAB II
PEMBAHASAN
II.1. PENGERTIAN
MANAJEMEN SEKOLAH
Dalam
konteks pendidikan, memang masih ditemukan kontroversi dan inkonsistensi dalam
penggunaan istilah manajemen. Di satu pihak ada yang tetap cenderung
menggunakan istilah manajemen, sehingga dikenal dengan istilah manajemen
pendidikan. Di lain pihak, tidak sedikit pula yang menggunakan istilah
administrasi sehingga dikenal istilah adminitrasi pendidikan. Dalam studi ini,
penulis cenderung untuk mengidentikkan keduanya, sehingga kedua istilah ini
dapat digunakan dengan makna yang sama.
Selanjutnya,
di bawah ini akan disampaikan beberapa pengertian umum tentang manajemen yang
disampaikan oleh beberapa ahli. Dari Kathryn . M. Bartol dan David C. Martin
yang dikutip oleh A.M. Kadarman SJ dan Jusuf Udaya (1995) memberikan rumusan
bahwa :
“Manajemen adalah proses untuk mencapai tujuan –
tujuan organisasi dengan melakukan kegiatan dari empat fungsi utama yaitu
merencanakan (planning), mengorganisasi (organizing), memimpin (leading), dan
mengendalikan (controlling). Dengan demikian, manajemen adalah sebuah kegiatan
yang berkesinambungan”.
Sedangkan
dari Stoner sebagaimana dikutip oleh T. Hani Handoko (1995) mengemukakan bahwa:
“Manajemen adalah proses perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan usaha-usaha para anggota
organisasi dan penggunaan sumber daya-sumber daya organisasi lainnya agar
mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan”.
Secara
khusus dalam konteks pendidikan, Djam’an Satori (1980) memberikan pengertian
manajemen pendidikan dengan menggunakan istilah administrasi pendidikan yang
diartikan sebagai “keseluruhan proses kerjasama dengan memanfaatkan semua
sumber personil dan materil yang tersedia dan sesuai untuk mencapai tujuan
pendidikan yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien”.
Sementara
itu, Hadari Nawawi (1992) mengemukakan bahwa “administrasi pendidikan sebagai
rangkaian kegiatan atau keseluruhan proses pengendalian usaha kerjasama
sejumlah orang untuk mencapai tujuan pendidikan secara sistematis yang
diselenggarakan di lingkungan tertentu terutama berupa lembaga pendidikan
formal”.
Meski
ditemukan pengertian manajemen atau administrasi yang beragam, baik yang
bersifat umum maupun khusus tentang kependidikan, namun secara esensial dapat
ditarik benang merah tentang pengertian manajemen pendidikan, bahwa : (1)
manajemen pendidikan merupakan suatu kegiatan; (2) manajemen pendidikan memanfaatkan
berbagai sumber daya; dan (3) manajemen pendidikan berupaya untuk mencapai
tujuan tertentu.
II.2. MAKNA MANAJEMEN PENDIDIKAN SEKOLAH.
Dikemukakan
di atas bahwa manajemen pendidikan merupakan suatu kegiatan. Kegiatan dimaksud
tak lain adalah tindakan-tindakan yang mengacu kepada fungsi-fungsi manajamen.
Berkenaan dengan fungsi-fungsi manajemen ini, H. Siagian (1977) mengungkapkan
pandangan dari beberapa ahli, sebagai berikut:
Menurut G.R. Terry terdapat empat fungsi manajemen, yaitu :
Menurut G.R. Terry terdapat empat fungsi manajemen, yaitu :
(1) planning
(perencanaan);
(2)
organizing (pengorganisasian);
(3)
actuating (pelaksanaan); dan
(4)
controlling (pengawasan).
Sedangkan
menurut Henry Fayol terdapat lima fungsi manajemen, meliputi:
(1) planning
(perencanaan);
(2)
organizing (pengorganisasian);
(3)
commanding (pengaturan);
(4) coordinating
(pengkoordinasian); dan
(5)
controlling (pengawasan).
Sementara
itu, Harold Koontz dan Cyril O’ Donnel mengemukakan lima fungsi manajemen,
mencakup :
(1) planning
(perencanaan);
(2)
organizing (pengorganisasian);
(3) staffing
(penentuan staf);
(4)
directing (pengarahan); dan
(5)
controlling (pengawasan).
Selanjutnya,
L. Gullick mengemukakan tujuh fungsi manajemen, yaitu :
(1) planning
(perencanaan);
(2)
organizing (pengorganisasian);
(3) staffing
(penentuan staf);
(4)
directing (pengarahan);
(5) coordinating
(pengkoordinasian);
(6)
reporting (pelaporan); dan
(7)
budgeting (penganggaran).
Untuk
memahami lebih jauh tentang fungsi-fungsi manajemen pendidikan, di bawah akan
dipaparkan tentang fungsi-fungsi manajemen pendidikan dalam perspektif
persekolahan, dengan merujuk kepada pemikiran G.R. Terry, meliputi:
1.
Perencanaan (planning)
Perencanaan
tidak lain merupakan kegiatan untuk menetapkan tujuan yang akan dicapai beserta
cara-cara untuk mencapai tujuan tersebut. Sebagaimana disampaikan oleh Louise
E. Boone dan David L. Kurtz (1984) bahwa: planning
may be defined as the proses by which manager set objective, asses the future,
and develop course of action designed to accomplish these objective.
Sedangkan T. Hani Handoko (1995) mengemukakan bahwa :
“ Perencanaan (planning) adalah pemilihan atau
penetapan tujuan organisasi dan penentuan strategi, kebijaksanaan, proyek,
program, prosedur, metode, sistem, anggaran dan standar yang dibutuhkan untuk
mencapai tujuan. Pembuatan keputusan banyak terlibat dalam fungsi ini.”
Arti penting
perencanaan terutama adalah memberikan kejelasan arah bagi setiap kegiatan,
sehingga setiap kegiatan dapat diusahakan dan dilaksanakan seefisien dan
seefektif mungkin. T. Hani Handoko mengemukakan sembilan manfaat perencanaan
bahwa perencanaan:
• Membantu
manajemen untuk menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan lingkungan;
• Membantu
dalam kristalisasi persesuaian pada masalah-masalah utama;
•
Memungkinkan manajer memahami keseluruhan gambaran;
• Membantu
penempatan tanggung jawab lebih tepat;
• Memberikan
cara pemberian perintah untuk beroperasi;
• Memudahkan
dalam melakukan koordinasi di antara berbagai bagian organisasi
• Membuat
tujuan lebih khusus, terperinci dan lebih mudah dipahami;
•
Meminimumkan pekerjaan yang tidak pasti; dan
• Menghemat
waktu, usaha dan dana.
Indriyo Gito
Sudarmo dan Agus Mulyono (1996) mengemukakan langkah-langkah pokok dalam
perencanaan, yaitu :
1. Penentuan
tujuan dengan memenuhi persyaratan sebagai berikut : (a) menggunakan kata-kata
yang sederhana, (b) mempunyai sifat fleksibel, (c) mempunyai sifat stabilitas,
(d) ada dalam perimbangan sumber daya, dan (e) meliputi semua tindakan yang
diperlukan.
2.
Pendefinisian gabungan situasi secara baik, yang meliputi unsur sumber daya
manusia, sumber daya alam, dan sumber daya modal.
3.
Merumuskan kegiatan yang akan dilaksanakan secara jelas dan tegas.
Hal senada dikemukakan pula oleh T. Hani Handoko (1995) bahwa terdapat empat tahap dalam perencanaan, yaitu :
Hal senada dikemukakan pula oleh T. Hani Handoko (1995) bahwa terdapat empat tahap dalam perencanaan, yaitu :
• Menetapkan
tujuan atau serangkaian tujuan;
• Merumuskan
keadaan saat ini;
•
Mengidentifikasi segala kemudahan dan hambatan;
•
Mengembangkan rencana atau serangkaian kegiatan untuk pencapaian tujuan
Pada bagian lain, Indriyo Gito Sudarmo dan Agus Mulyono (1996) mengemukakan bahwa atas dasar luasnya cakupan masalah serta jangkauan yang terkandung dalam suatu perencanaan, maka perencanaan dapat dibedakan dalam tiga bentuk, yaitu : (1) rencana global yang merupakan penentuan tujuan secara menyeluruh dan jangka panjang, (2) rencana strategis merupakan rencana yang disusun guna menentukan tujuan-tujuan kegiatan atau tugas yang mempunyai arti strategis dan mempunyai dimensi jangka panjang, dan (3) rencana operasional yang merupakan rencana kegiatan-kegiatan yang berjangka pendek guna menopang pencapaian tujuan jangka panjang, baik dalam perencanaan global maupun perencanaan strategis.
Pada bagian lain, Indriyo Gito Sudarmo dan Agus Mulyono (1996) mengemukakan bahwa atas dasar luasnya cakupan masalah serta jangkauan yang terkandung dalam suatu perencanaan, maka perencanaan dapat dibedakan dalam tiga bentuk, yaitu : (1) rencana global yang merupakan penentuan tujuan secara menyeluruh dan jangka panjang, (2) rencana strategis merupakan rencana yang disusun guna menentukan tujuan-tujuan kegiatan atau tugas yang mempunyai arti strategis dan mempunyai dimensi jangka panjang, dan (3) rencana operasional yang merupakan rencana kegiatan-kegiatan yang berjangka pendek guna menopang pencapaian tujuan jangka panjang, baik dalam perencanaan global maupun perencanaan strategis.
Perencanaan
strategik akhir-akhir ini menjadi sangat penting sejalan dengan perkembangan
lingkungan yang sangat pesat dan sangat sulit diprediksikan, seperti
perkembangan teknologi yang sangat pesat, pekerjaan manajerial yang semakin
kompleks, dan percepatan perubahan lingkungan eksternal lainnya.
Pada bagian lain, T. Hani Handoko memaparkan secara ringkas tentang langkah-langkah dalam penyusunan perencanaan strategik, sebagai berikut:
Pada bagian lain, T. Hani Handoko memaparkan secara ringkas tentang langkah-langkah dalam penyusunan perencanaan strategik, sebagai berikut:
1. Penentuan
misi dan tujuan, yang mencakup pernyataan umum tentang misi, falsafah dan
tujuan. Perumusan misi dan tujuan ini merupakan tanggung jawab kunci manajer
puncak. Perumusan ini dipengaruhi oleh nilai-nilai yang dibawakan manajer.
Nilai-nilai ini dapat mencakup masalah-masalah sosial dan etika, atau masalah-masalah
umum seperti macam produk atau jasa yang akan diproduksi atau cara
pengoperasian perusahaan.
2.
Pengembangan profil perusahaan, yang mencerminkan kondisi internal dan
kemampuan perusahaan dan merupakan hasil analisis internal untuk
mengidentifikasi tujuan dan strategi sekarang, serta memerinci kuantitas dan
kualitas sumber daya -sumber daya perusahaan yang tersedia. Profil perusahaan
menunjukkan kesuksesan perusahaan di masa lalu dan kemampuannya untuk mendukung
pelaksanaan kegiatan sebagai implementasi strategi dalam pencapaian tujuan di
masa yang akan datang.
3. Analisa
lingkungan eksternal, dengan maksud untuk mengidentifikasi cara-cara dan dalam
apa perubahan-perubahan lingkungan dapat mempengaruhi organisasi. Disamping
itu, perusahaan perlu mengidentifikasi lingkungan lebih khusus, seperti para
penyedia, pasar organisasi, para pesaing, pasar tenaga kerja dan
lembaga-lembaga keuangan, di mana kekuatan-kekuatan ini akan mempengaruhi secara
langsung operasi perusahaan.
Meski
pendapat di atas lebih menggambarkan perencanaan strategik dalam konteks
bisnis, namun secara esensial konsep perencanaan strategik ini dapat diterapkan
pula dalam konteks pendidikan, khususnya pada tingkat persekolahan, karena
memang pendidikan di Indonesia dewasa ini sedang menghadapi berbagai tantangan
internal maupun eksternal, sehingga membutuhkan perencanaan yang benar-benar
dapat menjamin sustanabilitas pendidikan itu sendiri.
2.
Pengorganisasian (organizing)
Fungsi
manajemen berikutnya adalah pengorganisasian (organizing). George R. Terry
(1986) mengemukakan bahwa :
“Pengorganisasian adalah tindakan mengusahakan
hubungan-hubungan kelakuan yang efektif antara orang-orang, sehingga mereka
dapat bekerja sama secara efisien, dan memperoleh kepuasan pribadi dalam
melaksanakan tugas-tugas tertentu, dalam kondisi lingkungan tertentu guna
mencapai tujuan atau sasaran tertentu”.
Lousie E.
Boone dan David L. Kurtz (1984) mengartikan pengorganisasian :
“… as the act of planning and implementing
organization structure. It is the process of arranging people and physical
resources to carry out plans and acommplishment organizational obtective”.
Dari kedua
pendapat di atas, dapat dipahami bahwa pengorganisasian pada dasarnya merupakan
upaya untuk melengkapi rencana-rencana yang telah dibuat dengan susunan
organisasi pelaksananya. Hal yang penting untuk diperhatikan dalam
pengorganisasian adalah bahwa setiap kegiatan harus jelas siapa yang
mengerjakan, kapan dikerjakan, dan apa targetnya.
Berkenaan
dengan pengorganisasian ini, Hadari Nawawi (1992) mengemukakan beberapa asas
dalam organisasi, diantaranya adalah : (a) organisasi harus profesional, yaitu
dengan pembagian satuan kerja yang sesuai dengan kebutuhan; (b) pengelompokan
satuan kerja harus menggambarkan pembagian kerja; (c) organisasi harus mengatur
pelimpahan wewenang dan tanggung jawab; (d) organisasi harus mencerminkan
rentangan kontrol; (e) organisasi harus mengandung kesatuan perintah; dan (f)
organisasi harus fleksibel dan seimbang.
Ernest Dale
seperti dikutip oleh T. Hani Handoko mengemukakan tiga langkah dalam proses
pengorganisasian, yaitu : (a) pemerincian seluruh pekerjaan yang harus
dilaksanakan untuk mencapai tujuan organisasi; (b) pembagian beban pekerjaan
total menjadi kegiatan-kegiatan yang logik dapat dilaksanakan oleh satu orang;
dan (c) pengadaan dan pengembangan suatu mekanisme untuk mengkoordinasikan
pekerjaan para anggota menjadi kesatuan yang terpadu dan harmonis.
3.
Pelaksanaan (actuating)
Dari seluruh
rangkaian proses manajemen, pelaksanaan (actuating) merupakan fungsi manajemen
yang paling utama. Dalam fungsi perencanaan dan pengorganisasian lebih banyak
berhubungan dengan aspek-aspek abstrak proses manajemen, sedangkan fungsi
actuating justru lebih menekankan pada kegiatan yang berhubungan langsung
dengan orang-orang dalam organisasi
Dalam hal ini, George R. Terry (1986) mengemukakan bahwa actuating merupakan usaha menggerakkan anggota-anggota kelompok sedemikian rupa hingga mereka berkeinginan dan berusaha untuk mencapai sasaran perusahaan dan sasaran anggota-anggota perusahaan tersebut oleh karena para anggota itu juga ingin mencapai sasaran-sasaran tersebut.
Dalam hal ini, George R. Terry (1986) mengemukakan bahwa actuating merupakan usaha menggerakkan anggota-anggota kelompok sedemikian rupa hingga mereka berkeinginan dan berusaha untuk mencapai sasaran perusahaan dan sasaran anggota-anggota perusahaan tersebut oleh karena para anggota itu juga ingin mencapai sasaran-sasaran tersebut.
Dari
pengertian di atas, pelaksanaan (actuating) tidak lain merupakan upaya untuk
menjadikan perencanaan menjadi kenyataan, dengan melalui berbagai pengarahan
dan pemotivasian agar setiap karyawan dapat melaksanakan kegiatan secara
optimal sesuai dengan peran, tugas dan tanggung jawabnya.
Hal yang penting untuk diperhatikan dalam pelaksanan (actuating) ini adalah bahwa seorang karyawan akan termotivasi untuk mengerjakan sesuatu jika : (1) merasa yakin akan mampu mengerjakan, (2) yakin bahwa pekerjaan tersebut memberikan manfaat bagi dirinya, (3) tidak sedang dibebani oleh problem pribadi atau tugas lain yang lebih penting, atau mendesak, (4) tugas tersebut merupakan kepercayaan bagi yang bersangkutan dan (5) hubungan antar teman dalam organisasi tersebut harmonis.
Hal yang penting untuk diperhatikan dalam pelaksanan (actuating) ini adalah bahwa seorang karyawan akan termotivasi untuk mengerjakan sesuatu jika : (1) merasa yakin akan mampu mengerjakan, (2) yakin bahwa pekerjaan tersebut memberikan manfaat bagi dirinya, (3) tidak sedang dibebani oleh problem pribadi atau tugas lain yang lebih penting, atau mendesak, (4) tugas tersebut merupakan kepercayaan bagi yang bersangkutan dan (5) hubungan antar teman dalam organisasi tersebut harmonis.
4.
Pengawasan (controlling)
Pengawasan
(controlling) merupakan fungsi manajemen yang tidak kalah pentingnya dalam
suatu organisasi. Semua fungsi terdahulu, tidak akan efektif tanpa disertai
fungsi pengawasan. Dalam hal ini, Louis E. Boone dan David L. Kurtz (1984)
memberikan rumusan tentang pengawasan sebagai : “… the process by which manager
determine wether actual operation are consistent with plans”.
Sementara itu, Robert J. Mocker sebagaimana disampaikan oleh T. Hani Handoko (1995) mengemukakan definisi pengawasan yang di dalamnya memuat unsur esensial proses pengawasan, bahwa :
Sementara itu, Robert J. Mocker sebagaimana disampaikan oleh T. Hani Handoko (1995) mengemukakan definisi pengawasan yang di dalamnya memuat unsur esensial proses pengawasan, bahwa :
“Pengawasan manajemen adalah suatu usaha sistematik
untuk menetapkan standar pelaksanaan dengan tujuan – tujuan perencanaan,
merancang sistem informasi umpan balik, membandingkan kegiatan nyata dengan
standar yang telah ditetapkan sebelumnya, menentukan dan mengukur
penyimpangan-penyimpangan, serta mengambil tindakan koreksi yang diperlukan
untuk menjamin bahwa semua sumber daya perusahaan dipergunakan dengan cara
paling efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan-tujuan perusahaan.”
Dengan
demikian, pengawasan merupakan suatu kegiatan yang berusaha untuk mengendalikan
agar pelaksanaan dapat berjalan sesuai dengan rencana dan memastikan apakah
tujuan organisasi tercapai. Apabila terjadi penyimpangan di mana letak
penyimpangan itu dan bagaimana pula tindakan yang diperlukan untuk
mengatasinya.
Selanjutnya
dikemukakan pula oleh T. Hani Handoko bahwa proses pengawasan memiliki lima
tahapan, yaitu :
• Penetapan
standar pelaksanaan;
• Penentuan
pengukuran pelaksanaan kegiatan;
• Pengukuran
pelaksanaan kegiatan nyata;
•
Pembandingan pelaksanaan kegiatan dengan standar dan penganalisaan penyimpangan-penyimpangan;
dan
•
Pengambilan tindakan koreksi, bila diperlukan.
Fungsi-fungsi
manajemen ini berjalan saling berinteraksi dan saling kait mengkait antara satu
dengan lainnya, sehingga menghasilkan apa yang disebut dengan proses manajemen.
Dengan demikian, proses manajemen sebenarnya merupakan proses interaksi antara
berbagai fungsi manajemen.
Dalam
perspektif persekolahan, agar tujuan pendidikan di sekolah dapat tercapai
secara efektif dan efisien, maka proses manajemen pendidikan memiliki peranan
yang amat vital. Karena bagaimana pun sekolah merupakan suatu sistem yang di
dalamnya melibatkan berbagai komponen dan sejumlah kegiatan yang perlu dikelola
secara baik dan tertib. Sekolah tanpa didukung proses manajemen yang baik,
boleh jadi hanya akan menghasilkan kesemrawutan lajunya organisasi, yang pada
gilirannya tujuan pendidikan pun tidak akan pernah tercapai secara semestinya.
Dengan
demikian, setiap kegiatan pendidikan di sekolah harus memiliki perencanaan yang
jelas dan realisitis, pengorganisasian yang efektif dan efisien, pengerahan dan
pemotivasian seluruh personil sekolah untuk selalu dapat meningkatkan kualitas
kinerjanya, dan pengawasan secara berkelanjutan.
II.3. RUANG LINGKUP MANAJEMEN PENDIDIKAN SEKOLAH.
Berbicara tentang
kegiatan pendidikan, di bawah ini beberapa pandangan dari para ahli tentang
bidang-bidang kegiatan yang menjadi wilayah garapan manajemen pendidikan.
Ngalim Purwanto (1986) mengelompokkannya ke dalam tiga bidang garapan yaitu :
1.
Administrasi material, yaitu kegiatan yang menyangkut bidang-bidang materi/
benda-benda, seperti ketatausahaan sekolah, administrasi keuangan, gedung dan
alat-alat perlengkapan sekolah dan lain-lain.
2.
Administrasi personal, mencakup di dalamnya administrasi personal guru dan
pegawai sekolah, juga administrasi murid. Dalam hal ini masalah kepemimpinan
dan supervisi atau kepengawasan memegang peranan yang sangat penting.
3.
Administrasi kurikulum, seperti tugas mengajar guru-guru, penyusunan sylabus
atau rencana pengajaran tahunan, persiapan harian dan mingguan dan sebagainya.
Hal serupa
dikemukakan pula oleh M. Rifa’i (1980) bahwa bidang-bidang administrasi
pendidikan terdiri dari :
1. Bidang
kependidikan atau bidang edukatif, yang menyangkut kurikulum, metode dan cara
mengajar, evaluasi dan sebagainya.
2. Bidang
personil, yang mencakup unsur-unsur manusia yang belajar, yang mengajar, dan
personil lain yang berhubungan dengan kegiatan belajar mengajar.
3. Bidang
alat dan keuangan, sebagai alat-alat pembantu untuk melancarkan siatuasi
belajar mengajar dan untuk mencapai tujuan pendidikan sebaik-baiknya.
Sementara
itu, Thomas J. Sergiovani sebagimana dikutip oleh Uhar Suharsaputra (2002)
mengemukakan delapan bidang administrasi pendidikan, mencakup : (1) instruction
and curriculum development; (2) pupil personnel; (3) community school
leadership; (4) staff personnel; (5) school plant; (6) school trasportation;
(7) organization and structure dan (8) School finance and business management.
Di lain
pihak, Direktorat Pendidikan Menengah Umum Depdiknas (1999) telah menerbitkan
buku Panduan Manajemen Sekolah, yang didalamnya mengetengahkan bidang-bidang
kegiatan manajemen pendidikan, meliputi: (1) manajemen kurikulum; (2) manajemen
personalia; (3) manajemen kesiswaan; (4) manajemen keuangan; (5) manajemen
perawatan preventif sarana dan prasarana sekolah.
Dari
beberapa pendapat di atas, agaknya yang perlu digarisbawahi yaitu mengenai
bidang administrasi pendidikan yang dikemukakan oleh Thomas J. Sergiovani.
Dalam konteks pendidikan di Indonesia saat ini, pandangan Thomas J. Sergiovani
kiranya belum sepenuhnya dapat dilaksanakan, terutama dalam bidang school
transportation dan business management. Dengan alasan tertentu, kebijakan umum
pendidikan nasional belum dapat menjangkau ke arah sana. Kendati demikian,
dalam kerangka peningkatkan mutu pendidikan, ke depannya pemikiran ini sangat
menarik untuk diterapkan menjadi kebijakan pendidikan di Indonesia.
BAB III
PENUTUP
III. 1.
KESIMPULAN
1. Meski ditemukan pengertian manajemen atau administrasi yang beragam, baik
yang bersifat umum maupun khusus tentang kependidikan, namun secara esensial
dapat ditarik benang merah tentang pengertian manajemen pendidikan, bahwa : (1)
manajemen pendidikan merupakan suatu kegiatan; (2) manajemen pendidikan
memanfaatkan berbagai sumber daya; dan (3) manajemen pendidikan berupaya untuk
mencapai tujuan tertentu.
2. Dalam
perspektif persekolahan, agar tujuan pendidikan di sekolah dapat tercapai
secara efektif dan efisien, maka proses manajemen pendidikan memiliki peranan
yang amat vital. Karena bagaimana pun sekolah merupakan suatu sistem yang di
dalamnya melibatkan berbagai komponen dan sejumlah kegiatan yang perlu dikelola
secara baik dan tertib. Sekolah tanpa didukung proses manajemen yang baik,
boleh jadi hanya akan menghasilkan kesemrawutan lajunya organisasi, yang pada
gilirannya tujuan pendidikan pun tidak akan pernah tercapai secara semestinya.
3.
Yang perlu
digarisbawahi yaitu mengenai bidang administrasi pendidikan yang dikemukakan oleh
Thomas J. Sergiovani. Dalam konteks pendidikan di Indonesia saat ini, pandangan
Thomas J. Sergiovani kiranya belum sepenuhnya dapat dilaksanakan, terutama
dalam bidang school transportation dan business management. Dengan alasan
tertentu, kebijakan umum pendidikan nasional belum dapat menjangkau ke arah
sana. Kendati demikian, dalam kerangka peningkatkan mutu pendidikan, ke
depannya pemikiran ini sangat menarik untuk diterapkan menjadi kebijakan
pendidikan di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Bacal,
Robert. 2001. Performance Management. Terj.Surya Darma dan Yanuar Irawan. Jakarta
: PT Gramedia Pustaka Utama.
Akhmad
Sudrajat, M.Pd. adalah staf pengajar pada Program Studi PE-AP FKIP-UNIKU dan
Pengawas Sekolah di lingkungan Dinas Pendidikan Kabupaten Kuningan
www. Kepemimpinan sekolah.com
www. Kepemimpinan sekolah.com
0 komentar: